Masyarakat Belum "Ngeh" dengan Guru BK

JAKARTA, KOMPAS — Belum maksimalnya peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai peran dan fungsi guru BK tersebut. Pihak sekolah sebaiknya lebih selektif memilih guru BK, yang tahu peran dan fungsi serta sesuai dengan kriteria.

"Tempatkan orang sesuai kemampuannya karena tidak semua orang mampu menjadi guru BK," kata psikolog Ieda Poernomo Sigit Sidi pada seminar "Optimalisasi Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mempersiapkan Siswa untuk Bersaing di Tingkat Global", Senin (5/4/2011) di Jakarta.

Selain itu, kata Ieda, belum maksimalnya peran guru BK terlihat dari masih banyaknya pertanyaan masyarakat tentang siapa dan apa fungsi guru BK. Ia menambahkan, perlu adanya latar belakang pendidikan formal, minat, dan keinginan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjadi guru BK.
Untuk itu, kata Ieda, sebelum mampu mengajak anak untuk mengenali dirinya sendiri, perlu ada sosialisasi lebih optimal tentang guru BK. Kejelasan posisi guru BK, kata Ieda, juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu semua bisa diberikan oleh guru BK kepada siswa, yaitu anak-anak mereka.
"Keberadaan guru BK masih perlu diposisikan dengan jelas, ditegaskan peran dan fungsinya, serta sosialisasikan mengenai peran dan fungsinya itu," ujar Ieda.
Ia mengingatkan, walaupun ada pendidikan khusus untuk guru BK, ternyata masyarakat belum maksimal memfungsikan kehadirannya di sekolah.


Category: 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda di sini