Masihkah Kita Menyodorkan Kecurangan?

SURABAYA, KOMPAS - Seluruh guru diharapkan tidak melakukan tindak kecurangan pada ujian nasional (UN) yang akan digelar dua hari lagi, yaitu Senin (16/4/2011), mulai membuat kunci jawaban, membocorkan soal, mendongkrak nilai rapor, dan lain-lainnya. Guru itu teladan kejujuran.
"Sangat prihatin jika ada guru yang berlaku curang. Jangan ajari anak didik dengan kecurangan. Apa jadinya jika guru yang dihormatinya mengajarkan kecurangan," kata Sekretaris Jenderal IGI Mohammad Ihsan, di Surabaya, Sabtu (16/4/2011).

Ihsan meminta seluruh anggota IGI di seluruh Indonesia tidak melakukan kecurangan. Sekjen IGI ini juga meminta DPW dan DPD IGI di seluruh Indonesia menyebarluaskan instruksi ini ke anggotanya.
"Kami harapkan semuanya bisa menyebarluaskan kejujuran dan menolak segala macam bentuk kecurangan. Kami juga telah membentuk posko pengaduan melalui jujurUN@igi.or.id," ujarnya.
Ia menambahkan, semua pengaduan diharapkan disertai kejelasan identitas dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Pihak IGI akan menyerahkan semua laporan pengaduan itu kepada Menteri Pendidikan.
Ihsan mengatakan, hal itu dilakukan karena prihatin setiap UN tiba selalu saja masyarakat disodori segala macam berita kecurangan, mulai kebocoran soal, beredarnya kunci jawaban, intrik kepala sekolah dan guru, dan banyak lagi.
"Tujuan UN sendiri sepertinya tidak tercapai," katanya.
Ihsan berharap, pemerintah bisa lebih adil memberikan evaluasi kepada siswa. Siswa dan guru, kata dia, jangan lagi dikorbankan hanya untuk memuaskan kepentingan pragmatis.
"Guru dan siswa sudah bersusah payah melakukan proses belajar-mengajar, membuat berbagai macam bentuk evaluasi, namun pada akhirnya kelulusan masih saja didominasi kekuasaan. Pemerintah sebaiknya hanya mengatur regulasi dan tak lagi ikut mengevaluasi belajar siswa seperti UN ini," pungkasnya.


Category: 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda di sini