Rangkaian Peringatan Hari Ibu...

JAKARTA - Tugas kaum perempuan di masa mendatang masih sangat berat, terutama menghadapi target pembangunan milenium pada 2015.
“Meski demikian, kami harus tetap bekerja keras. Itu tekad kami. Jangan sebut kami hanya rame-rame untuk upacara serimonial saja,” kata Ketua Panitia Nasional Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-82 Dewi Motik Pramono.
Hal itu dikemukakan menjawab pertanyaan wartawan berkaitan dengan PHI 2010 yang akan dipusatkan di Taman Mini Indonesia Indah pada 22 Desember. Puncak acara ini dijadwalkan akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Bambang Yudhoyono.
Dewi Motik antara lain didampingi Wakil Ketua Panitia Nasional PHI 2010 Safruddin Setia Budi, Ketua Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) Ny Ratna Djoko Santoso, Ketua Umum Dharma Pertiwi Ny Tetty Agus Suhartono, pimpinan Tim Penggerak PKK, Kowani, dan Bhayangkari.

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amaliasari Gumelar pada acara seminar belum lama ini, salah satu tujuan MDG`s adalah mengurangi kemiskinan yang diantaranya diukur melalui indikator prevalensi gizi kurang. Diharapkan pada tahun 2015 prevalensi gizi buruk dapat ditekan hingga 3,6 persen saja dibandingkan kondisi pada tahun 2010 yang mencapai 4,9 persen.
Untuk mencapai target tersebut masyarakat harus memahami dengan baik faktor penyebab terjadinya gizi buruk diantaranya masalah asupan gizi dan pengetahuan tentang makanan yang aman, penyakit menular, akses terhadap pelayanan kesehatan dan pola asuh.
Tema peringatan tahun ini menurut Dewi yang sehari-hari sebagai ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) ‘Kesetaraan perempuan dan laki-laki untuk membangun karakter bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan bermartabat.’
Tujuan PHI ke-82 secara umum meningkatkan kiprah perempuan Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional yang berkelanjutan guna tercapainya tujuan pembangunan nasional dan pembangunan milenium (MDGs)  serta terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender. 
Adapun serangkaian acara yang telah dilakukan antara lain seminar dan temu wicara. Selain itu juga akan dilakukan pemberian penghargaan dan penganugerahan. Pada 21 Desember akan dilakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Lahirnya Hari Ibu
Lahirnya Hari Ibu tidak bisa dipisahkan dengan Sumpah Pemuda. Sumpah persatuan dan kesatuan yang diikrarkan dalam Kongres Pemoeda pada 28 Oktober 1928, membakar semangat pergerakan wanita Indonesia untuk menyelenggarakan Kongres Perempoean Indonesia yang pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta. 
Tema pokok kongres adalah menggalang persatuan dan kesatuan antara organisasi wanita Indonesia yang pada waktu itu masih bergerak sendiri-sendiri. Kongres ini telah berhasil membentuk badan federasi organisasi wanita yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).
PPPI mengalami perubahan nama beberapa kali. Pada 1929 menjadi Perikatan Perkoempoelan Isteri Indonesia (PPII), pada 1935 menjadi Kongres Perempoean Indonesia dan pada tahun 1946 menjadi Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sampai saat ini.
Peristiwa besar yang terjadi pada 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi kesatuan pergerakan wanita Indonesia. Sementara itu Kongres Perempoean Indonesia pada 1938 di Bandung, memutuskan 22 Desember ditetapkan menjadi Hari Ibu.

Category: 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda di sini