"Kenapa Citra Matematika begitu buruk di mata sebagian siswa kita? "
1. Faktor Matematika itu sendiri.
Matematika menuntut banyak analisa, perhitungan, dll (banyak siswa yang cenderung memilih menghafalkan dari pada berhitung). Lalu adakah cara untuk membuat Matematika (benar-benar sebagai ilmu) menjadi lebih menyenangkan?
2. Faktor guru
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan (atau lebih tepatnya pengajaran). Penguasaan materi yang dicapai siswa tentu saja sangat tergantung pada guru. Ada hal yang saya soroti dari faktor ini, yaitu tentang perilaku guru.
Perilaku guru:
Pada jaman dahulu Guru Matematika identik dengan guru yang galak, karena beliau-beliau suka menghukum siswa jika mereka tidak mengerjakan soal. Hukuman tersebut juga lebih bersifat fisik, misalnya berdiri di depan kelas dengan satu kaki atau dipukul dengan penggaris. Tentu saja sekarang tidak ditemui model hukuman seperti itu, tetapi kesan guru galak sudah terpatri dan menyatu dengan Matematika. Memang benar sekarang bukan jamannya hukuman fisik tetapi entah kebetulan atau tidak ternyata memang masih banyak guru Matematika yang tidak simpatik.
Ketidaksimpatikan guru tersebut tentu saja sangat berpengaruh pada minat siswa terhadap mata pelajaran yang diampu sang guru. Misalkan seorang siswa sudah tidak senang dengan guru Matematika maka pelan-pelan dia akan apriori juga dengan Matematika. Guru bisa diibaratkan jembatan antara ilmu dengan siswa, jadi bagaimana siswa bisa menyeberang jika dia tidak melewati jembatan itu. Memang siswa bisa menyeberang dengan berenang atau naik perahu, tetapi tidak semua siswa bisa berenang atau menyewa perahu. Benar kalau ada yang bilang siswa kan juga manusia yang bisa belajar sendiri tanpa bantuan sang guru, siswa bisa otodidak. Tetapi sekali lagi tidak semua siswa bisa berenang, tidak semua siswa bisa belajar sendiri tanpa bantuan guru. Bagaimana siswa bisa menyukai Matematika jika mereka tidak menyukai guru Matematika? Jadi untuk membuat siswa menyukai Matematika salah satu langkah awal yang bisa ditempuh adalah membuat siswa mencintai menyukai guru Matematika3. Faktor siswa itu sendiri
Banyak siswa yang sudah terbujuk legenda turun temurun kalau Matematika itu sulit dan gurunya menyebalkan. Legenda itu benar-benar telah men-sugesti siswa sehingga mereka cenderung kalah sebelum bertanding. Siswa cenderung terlanjur berpikir Matematika sulit sebelum mereka benar-benar mencoba Matematika.
Yang kedua adalah motivasi. Sepertinya motivasi siswa untuk menaklukkan Matematika masih rendah, siswa baru tergopoh-gopoh mengejar Matematika setelah pemerintah menetapkan standar minimal kelulusan. Jadi tetap banyak manfaatnya juga pemerintah menetapkan standar kelulusan, setidaknya itu bisa menjadi pemicu siswa lebih rajin belajar Matematika ?
Pada akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan, Adakah solusi untuk memperbaiki keadaan Matematika tersebut? Bagaimana peran Lembaga Bimbingan Belajar dalam hal ini?
Menurut saya banyak lembaga bimbingan belajar yang melakukan pembodohan massal secara terselubung melalui metode praktis dan trik-trik yang lain. Metode praktis dan trik memang bagus tetapi semua itu membuat siswa kehilangan sense akan Matematika yang sedang dia pelajari.
Mungkin tulisan saya selanjutnya akan bercerita tentang salah satu cara yang sedang dikembangkan di Indonesia untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Memang cara tersebut masih sebatas dikembangkan di tingkat pendidikan dasar (yaitu SD), semua ini berdasarkan asumsi bahwa pendidikan dasar merupakan pondasi utama yang sangat menentukan kekuatan bangunan pendidikan secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda di sini